<blink>CERPEN</blink>
Share/Save/Bookmark
SELAMAT DATANG SEMOGA BLOG INI BERMANFAAT BAGI ANADA

Kamis, 25 Maret 2010

CERPEN

Tukang Becak Naik Haji

Siang yang panas, cuaca siang itu begitu cerah, tanpa ada awan yang menutupi sinar matahari di kota Wates. Pak Sholih dengan semangatnya mengayuh becaknya yang telah menemaninya, lebih kurang 20 tahun dalam kehidupannya sebagai kepala kelurga.
Pak Sholih adalah seorang tukang becak yang bisa dikatakan sesuai dengan namanya yaitu Sholih ( Mungkin orang tuanya juga berharap anaknya menjadi orang yang Sholih dengan pemberian nama seperti itu) Di samping kesibukannya sebagai tukang becak, untuk memenuhi kewajibanya sebagai kepala keluarga, ia selalu meluangkan waktunya untuk mengikuti pengajian- pengajian umum yang diadakan di sekitar daerahnya. Ia biasa mengikuti kajian hari ahad pagi dan malam kamis di setiap minggunya.
Pak Sholih juga memiliki kelebihan dari pada tukang-tukang becak pada umumnya. Ia tidak pernah ketinggalan untuk sholat lima waktu pada setiap harinya, tidak seperti tukang becak yang lainnya yang cenderung melalaikan sholat dengan mengatakan “ Ya setelah hidup saya cukup saya akan mulai sholat, wong orang Sholat aja tidak kaya-kaya”. Berbeda dengan Pak Sholih, apabila beliau mendengarkan adzan dia langsung menuju mushola di dekatnya lalu membuka laci becaknya yang ia gunakan untuk menyimpan alat sholat miliknya.
Hari itu hari jum’at, seperti biasa Pak Sholih mangkal di depan stasiun wates, tempat biasa beliau mangkal, untuk mencari pengguna jasanya. Tiba- tiba ada seorang ibu-ibu dan anaknya menghampirinya.
Maaf Pak, bisa mengantar saya pulang? tanya ibu itu kepada Pak Sholih.
Oh, bisa Bu. Mau diantar kemana?” jawab Pak Sholih.
“ Saya mau pulang ke Kelegen” jawab ibu itu.
“ Oh Kelegen, ya akan saya antarkan. Silakan naik!” jawab Pak Sholih.
Lalu ibu tersebut dan kedua anaknya naik ke becak Pak Sholih. Kebetulan Ibu itu adalah seorang istri dari dokter terkenal di daerahnya. Berhubung suaminya tidak bisa menjemput, maka ia memutuskan naik becak saja, sambil merasakan nikmatnya naik becak.
Setelah beberapa saat, sampailah Pak Sholih di depan rumah ibu tadi.
“ Sudah sampai Bu” kata Pak Sholih.
“ Oh ya Pak ini rumah saya. Terima kasih Pak. Lalu berapa onngkosnya?’ Tanya ibu tersebut.
“ Sudah Bu, disimpan saja!” jawab Pak Sholih.
“ Loh, kenapa Pak, kan saya sudah menggunakan jasa Bapak. Sudah seharusnya saya memberikan upah kepada Bapak” jawab ibu tersebut.

Lalu Pak Sholih menjelaskan bahwa setiap hari jum’at ia memilki tekad bahwa siapa saja yang naik becaknya pada hari itu, maka ia tidak akan menerima bayarannya sebagai infaq baginya. Maka Ibu tersebut pun menghargai keinginan Pak Sholih tersebut sambil terbesit rasa kagum dalam hatinya. Ia kagum karena ternyata orang yang tergolong seperti Pak Sholih bisa memikirkan akhirat yang bahkan ia sebagai orang kecukupan bahkan lebih terkadang lupa hal tersebut.
Malamnya ibu yang naik becak Pak Sholih tersebut menceritakan pada suaminya tentang kejadian siang tadi. Suaminya pun terkagum-kagum dengan sosok Pak Sholih. Setelah beberapa lama diskusi maka bapak dan ibu tersebut bersepakat untuk mencari pak Sholih dan mau memberikan apa yang diinginkan Pak Sholih.
Pada hari berikutnya Pak Dokter dan istrinya pergi ke stasiun untuk mencari pak sholih. Sesampainya di sana ternyata ibu tersebut tidak menemukan pak sholih lalu ia bertanya pada tukang becak yang lainya. Dimana tempat tinggal Pak Sholih. Lalu Pak Dokter dan istrinya tadi diberitahu rumah Pak Sholih.
Sorenya ia berkunjung ke rumah pak sholih. Pak sholih pun agak bingung, tidak biasanya ada mobil mewah datang kerumahnya. Setelah bertemu ia ingat bahwa yang datang terrnyata ibu yang perrnah ia antar.
Setelah perbincangan panjang Pak dokter dan istrinya tersebut mengutarakan maksud kedatangannya. Pak Sholih pun mengutarakan cita-citanya bahwa ia ingin berhaji. Lalu Bpk Dokter dan Istrinya tadi pun memenuhi keinginan Pak Sholih dengan membiayai haji Pak Sholih dan menanggung biaya keluarganya ketika ia berangkat ke tanah suci. Pak sholih pun sangat berterima kasih kepada keduanya atas segala kebaikan yang diberikan keduanya.
Pak Sholih pun berangkat haji pada tahun itu pula. Sepulang dari haji ia pun tetap melaksanakan aktifitasnya sebagai tukang ojek dan ia tidak sombong pada yang lainnya. Bahkan ia makin rajin dalam beribadah, mengikuti pengajian-pengajian dan hal-hal keagaman yang lainnya.

Semenjak kejadian itu pun Pak Dokter dan istrinya juga semakin memperdalam agama. Bahkan mereka berdua tidak jarang bertanya pada Pak Sholih tentang masalah-masalah agama dan terkadang pak sholih mengajak keduanya untuk ikut pengajian rutin yang biasa ia hadiri. Semenjak itu Pak Sholih, Bpk Dokter dan Istrinya itu pun semakin akrab.

Tukang Becak Naik Haji

Siang yang panas, cuaca siang itu begitu cerah, tanpa ada awan yang menutupi sinar matahari di kota Wates. Pak Sholih dengan semangatnya mengayuh becaknya yang telah menemaninya, lebih kurang 20 tahun dalam kehidupannya sebagai kepala kelurga.
Pak Sholih adalah seorang tukang becak yang bisa dikatakan sesuai dengan namanya yaitu Sholih ( Mungkin orang tuanya juga berharap anaknya menjadi orang yang Sholih dengan pemberian nama seperti itu) Di samping kesibukannya sebagai tukang becak, untuk memenuhi kewajibanya sebagai kepala keluarga, ia selalu meluangkan waktunya untuk mengikuti pengajian- pengajian umum yang diadakan di sekitar daerahnya. Ia biasa mengikuti kajian hari ahad pagi dan malam kamis di setiap minggunya.
Pak Sholih juga memiliki kelebihan dari pada tukang-tukang becak pada umumnya. Ia tidak pernah ketinggalan untuk sholat lima waktu pada setiap harinya, tidak seperti tukang becak yang lainnya yang cenderung melalaikan sholat dengan mengatakan “ Ya setelah hidup saya cukup saya akan mulai sholat, wong orang Sholat aja tidak kaya-kaya”. Berbeda dengan Pak Sholih, apabila beliau mendengarkan adzan dia langsung menuju mushola di dekatnya lalu membuka laci becaknya yang ia gunakan untuk menyimpan alat sholat miliknya.
Hari itu hari jum’at, seperti biasa Pak Sholih mangkal di depan stasiun wates, tempat biasa beliau mangkal, untuk mencari pengguna jasanya. Tiba- tiba ada seorang ibu-ibu dan anaknya menghampirinya.
Maaf Pak, bisa mengantar saya pulang? tanya ibu itu kepada Pak Sholih.
Oh, bisa Bu. Mau diantar kemana?” jawab Pak Sholih.
“ Saya mau pulang ke Kelegen” jawab ibu itu.
“ Oh Kelegen, ya akan saya antarkan. Silakan naik!” jawab Pak Sholih.
Lalu ibu tersebut dan kedua anaknya naik ke becak Pak Sholih. Kebetulan Ibu itu adalah seorang istri dari dokter terkenal di daerahnya. Berhubung suaminya tidak bisa menjemput, maka ia memutuskan naik becak saja, sambil merasakan nikmatnya naik becak.
Setelah beberapa saat, sampailah Pak Sholih di depan rumah ibu tadi.
“ Sudah sampai Bu” kata Pak Sholih.
“ Oh ya Pak ini rumah saya. Terima kasih Pak. Lalu berapa onngkosnya?’ Tanya ibu tersebut.
“ Sudah Bu, disimpan saja!” jawab Pak Sholih.
“ Loh, kenapa Pak, kan saya sudah menggunakan jasa Bapak. Sudah seharusnya saya memberikan upah kepada Bapak” jawab ibu tersebut.

Lalu Pak Sholih menjelaskan bahwa setiap hari jum’at ia memilki tekad bahwa siapa saja yang naik becaknya pada hari itu, maka ia tidak akan menerima bayarannya sebagai infaq baginya. Maka Ibu tersebut pun menghargai keinginan Pak Sholih tersebut sambil terbesit rasa kagum dalam hatinya. Ia kagum karena ternyata orang yang tergolong seperti Pak Sholih bisa memikirkan akhirat yang bahkan ia sebagai orang kecukupan bahkan lebih terkadang lupa hal tersebut.
Malamnya ibu yang naik becak Pak Sholih tersebut menceritakan pada suaminya tentang kejadian siang tadi. Suaminya pun terkagum-kagum dengan sosok Pak Sholih. Setelah beberapa lama diskusi maka bapak dan ibu tersebut bersepakat untuk mencari pak Sholih dan mau memberikan apa yang diinginkan Pak Sholih.
Pada hari berikutnya Pak Dokter dan istrinya pergi ke stasiun untuk mencari pak sholih. Sesampainya di sana ternyata ibu tersebut tidak menemukan pak sholih lalu ia bertanya pada tukang becak yang lainya. Dimana tempat tinggal Pak Sholih. Lalu Pak Dokter dan istrinya tadi diberitahu rumah Pak Sholih.
Sorenya ia berkunjung ke rumah pak sholih. Pak sholih pun agak bingung, tidak biasanya ada mobil mewah datang kerumahnya. Setelah bertemu ia ingat bahwa yang datang terrnyata ibu yang perrnah ia antar.
Setelah perbincangan panjang Pak dokter dan istrinya tersebut mengutarakan maksud kedatangannya. Pak Sholih pun mengutarakan cita-citanya bahwa ia ingin berhaji. Lalu Bpk Dokter dan Istrinya tadi pun memenuhi keinginan Pak Sholih dengan membiayai haji Pak Sholih dan menanggung biaya keluarganya ketika ia berangkat ke tanah suci. Pak sholih pun sangat berterima kasih kepada keduanya atas segala kebaikan yang diberikan keduanya.
Pak Sholih pun berangkat haji pada tahun itu pula. Sepulang dari haji ia pun tetap melaksanakan aktifitasnya sebagai tukang ojek dan ia tidak sombong pada yang lainnya. Bahkan ia makin rajin dalam beribadah, mengikuti pengajian-pengajian dan hal-hal keagaman yang lainnya.

Semenjak kejadian itu pun Pak Dokter dan istrinya juga semakin memperdalam agama. Bahkan mereka berdua tidak jarang bertanya pada Pak Sholih tentang masalah-masalah agama dan terkadang pak sholih mengajak keduanya untuk ikut pengajian rutin yang biasa ia hadiri. Semenjak itu Pak Sholih, Bpk Dokter dan Istrinya itu pun semakin akrab.

Comments :

0 komentar to “CERPEN

Posting Komentar

 

Copyright © 2009 by TSN Al-JAWI